Friday

Cermin Itu Ada di Sampingmu


Akhirnya kopi di pagi hari melewati tenggorokaku, setelah selama awal januari sampai hari ini berhenti mengkonsumsi kopi karena sakit perut dan sekitar pinggang, awalnya sih aku santai-santai saja, ku piker hanya sakit perut biasa tapi setelah pergi ke Rumah sakit eh kok malah disuruh tes urine segشla daى hasinya kemih saya mengandung bayak natrium (apaan yah natrium?, ya… intinya kadar garam gitulah). Kemudian dikasih resep obat diminum three time A day (jadi anaknya obat deh, padahal aku paling anti ama yang berkaitan denga produk berbau kimia)

selama sepuluh hari. Ternyata belum sembuh juga aku balik lah ke dokter,eh si dokter malah nyuruh awak rongent segala jadilah awak tahu kalo awak kena batu ginjal (kok logatnya begitu..!!!). Alhamdulillah sekarang perut dan sekitar pinggang sudah tidak sakit lagi tapi obat masih jalan terus dan sekarang lebih herbal dan katanya tidak mengandung bahan kimia. Dan kopi hangat kental manis itu membuat aku menulis di pagi hari.
Waktu saya beli obat di soydaliyah (apotik) dekat rumah, saya ngobrol dan berkenalan dengan apotekernya yang bernama walid. Kita saling tanya nama, dia oarangnya ramah, tutur bahasanya lembut tidak seperti saya yang asal njeplak kalo bicara. Dia menjawab semua keluhan tentang penyakitku berbeda dengan dokter yang di Rumah Sakit Husen yang kata temen-temen memang tidak niat kalo ngobati pasien karena seperti seenaknya padahal juga sama saja mungkin karena mereka lebih tahu dari kita dan kita sebagai pasien yang tidak mengerti kedokteran dan merasa tubuh kita sakit semua eh kok dikasih resep yang seenak perutnya hehehe…!!!. Walid ini lulusan kedokteran starta satu yang ia tempuh selama lima tahun dan saya mahasiswa al-Azhar cairo yang terkenal itu dan saya juga seoarang calon dokter (ini karena terpengaruh buku-buku yang mengumpamakan ulama sebagai dokter rohani sedangkan dokter seperti walid adalah dokter jasamani). Kalo secara teori seharusnya saya lebih ramah dalam bertutur karena saya menekuni bidang rohani yang sangat lembut. Tapi dalam kenyataanya saya harus lebih lebih banyak belajar pada walid yang dalam kesehariannya mengurusi pasien jasmani yang kasar.
Maka tidak salah jika nabi muhammad besabda (ya jelas tidak salah lah la wong seoarang nabi, dodol.) Mum’min itu adalah Cermin bagi mu’min yang lain. Maka bila cermin itu buram saya akan berusaha mengelapnya sampai bersih dan cermin yang bersih juga bisa kotor lagi jika tidak dijaga kebersihannya. Dan kata Istiqomah sangat diperlukan bagi seorang mu’min agar bayangan yang dibiaskan cermin itu jelas dan terang.


1 comments:

Anonymous said...

akupun juga ingin seperti Walid yang lembut tutur katanya............. karena biasanya aku juga omongnya ceplas ceplos. tapi kenapa sulit banget mengubah kebiasaan itu..

 
template by bhumiasing.blogspot.com