Saturday

Pancagila



di tengah alun-alun negara yang sedang berkembang berdiri lima orang sedang berorasi
"keadilan harus ditegakkan tidak pandang pejabat maupun rakyat" teriak orator yang berikat kepala bertulis keadilan.

"negara harus membikin undang-undang persamaan gender, bukan waktunya lagi perempuan di injak-injak, perempuan harus berkedudukan sama dengan lelaki" perempuan yang berpakaian hitam berteriak dengan semangatnya.


ditengah alun-alun dekat pancuran pemuda yang agak aneh menyanyikan sajak
"bila koruptor ada di muka bumi
di tengah kecaman globalisasi
apakah rakyat kebagian nasi?

bila koruptor tak di adili
di tengah bangsa yang tak indonesia
di tengah negeri yang tak merah
di atas negeri yang tak putih
apakah hendak kau biarkan pulau ini terkontaminasi?

hey kawan ....!!!
para pejabat kita berdasi cekak
perut buncit
duduk dikursi empuk laksana raja
hay pejabat ....!!!
sudah puaskah kau makan uang rakyat?
kalau perlu rakyat yang tak berperut boleh kau makan
kalo kurang puas makan sekalian tinja rakyat."
ha... ha... ha...


"sembako susah ....
salah presiden
BBM naik
salah presiden"
masih pemuda yang berteriak


di tengah alun-alun itu pula
pemuka agama bersabda
"aliran sesat ini merusak masyarakat, mencemarkan agama saya
melecehkan nabiku dan mengkultuskan anjing-anjing neraka"


dan dipojok alun-alun dibawah pohon seorang gila tertawa
menyaksikan tontonan orang gila

Friday

Bunga Sahara ; Laila

Ditengah seribu pasir aku belajar menggambar
Ku gambar langit, pelangi juga kakus.
Sedari pagi goresku membelai hingga bayanganku tentram.
Aku haus lalu ku gambar oase dan minum seteguk cinta
“santai saja tak selamanya engkau bekerja”
sapaku pada pasir yang membentuk mutiara
“laila akan datang dan tak akan membiarkanmu kepanasan”
Bayangku terjaga
Bukan karena matahari menggeser ke barat.
Laila juga belum datang.


Sembari waktu ternanti,
Jemariku menggores dengan lentiknya
Menggambar wajah kecilku
Disaat kakiku berlumur darah
Juga ketika mukaku berubah merah
Tersiram darah
Lalu dari pojok mata tak berdosa itu mengalir tangis
Tangis yang berelegi di kuburan waktu
Di tanjakan sebelah bawah bambu.

Jika ke utara darahmu membeku
Dan semua nadimu berpacu meninggalkan kawanmu yang jelita
Dia sendiri menurutmu, lalu kau beranikan diri menabur bunga di tempat tidurnya.

“LAILA…kau kah itu???”


Cermin Itu Ada di Sampingmu


Akhirnya kopi di pagi hari melewati tenggorokaku, setelah selama awal januari sampai hari ini berhenti mengkonsumsi kopi karena sakit perut dan sekitar pinggang, awalnya sih aku santai-santai saja, ku piker hanya sakit perut biasa tapi setelah pergi ke Rumah sakit eh kok malah disuruh tes urine segشla daى hasinya kemih saya mengandung bayak natrium (apaan yah natrium?, ya… intinya kadar garam gitulah). Kemudian dikasih resep obat diminum three time A day (jadi anaknya obat deh, padahal aku paling anti ama yang berkaitan denga produk berbau kimia)

selama sepuluh hari. Ternyata belum sembuh juga aku balik lah ke dokter,eh si dokter malah nyuruh awak rongent segala jadilah awak tahu kalo awak kena batu ginjal (kok logatnya begitu..!!!). Alhamdulillah sekarang perut dan sekitar pinggang sudah tidak sakit lagi tapi obat masih jalan terus dan sekarang lebih herbal dan katanya tidak mengandung bahan kimia. Dan kopi hangat kental manis itu membuat aku menulis di pagi hari.
Waktu saya beli obat di soydaliyah (apotik) dekat rumah, saya ngobrol dan berkenalan dengan apotekernya yang bernama walid. Kita saling tanya nama, dia oarangnya ramah, tutur bahasanya lembut tidak seperti saya yang asal njeplak kalo bicara. Dia menjawab semua keluhan tentang penyakitku berbeda dengan dokter yang di Rumah Sakit Husen yang kata temen-temen memang tidak niat kalo ngobati pasien karena seperti seenaknya padahal juga sama saja mungkin karena mereka lebih tahu dari kita dan kita sebagai pasien yang tidak mengerti kedokteran dan merasa tubuh kita sakit semua eh kok dikasih resep yang seenak perutnya hehehe…!!!. Walid ini lulusan kedokteran starta satu yang ia tempuh selama lima tahun dan saya mahasiswa al-Azhar cairo yang terkenal itu dan saya juga seoarang calon dokter (ini karena terpengaruh buku-buku yang mengumpamakan ulama sebagai dokter rohani sedangkan dokter seperti walid adalah dokter jasamani). Kalo secara teori seharusnya saya lebih ramah dalam bertutur karena saya menekuni bidang rohani yang sangat lembut. Tapi dalam kenyataanya saya harus lebih lebih banyak belajar pada walid yang dalam kesehariannya mengurusi pasien jasmani yang kasar.
Maka tidak salah jika nabi muhammad besabda (ya jelas tidak salah lah la wong seoarang nabi, dodol.) Mum’min itu adalah Cermin bagi mu’min yang lain. Maka bila cermin itu buram saya akan berusaha mengelapnya sampai bersih dan cermin yang bersih juga bisa kotor lagi jika tidak dijaga kebersihannya. Dan kata Istiqomah sangat diperlukan bagi seorang mu’min agar bayangan yang dibiaskan cermin itu jelas dan terang.


 
template by bhumiasing.blogspot.com