Tuesday

Matajingga


Ku memandang surya
Sinarnya melipat disela-sela
Bulu mata.
Ku tarik garis jingga
Dipelipis bunga dahlia
Minitik airmata.
Ku punya mata buta
Kau gelap ku baca
Disempit gang air mata.

Ilham


dari biru mentari yang melangkah menyisir sepi
aku pernah dilahirkan
di perempatan malam butir darahku menciptaku
bagai serpihan kelopak mawar
kembali melilit tangkai

di ujung pagi kala mentari melahirkanku, lantas
melemparku ke semak perdu di hatimu
aku masih berbaju cahaya
yang kau tanggalkan
di tengah ruangan mata ikan

hari sabtu entah minggu
kau bawa ku naik semeru
lihat! Kita berada di dasar kematian
pada hari ku dilahirkan

bukan menanti madu mengumpul lebah
sebab gula arang cukup sudah
temani kopi suguhan lakimu
meski kau minta ambilkanku sesendok susu
enggan unjukkan pucuk payudaramu

malam ini kita bicara didalam aorta
bersama angin bilik bambu
sebuah rahasia agar Tuhan tak meraba
keringat sisa-sisa cumbu

besok pagi saat mentari berharap mimpi
aku tlah ada di dadamu

22 juni 2009

Basuh! Mengajar surga


Hati batu memucuk malam
Dililit ular ngeram
Cangkang mata perang

Ku mencari mata
Dibawah sinar malam
Dibawah sinar suara
Telusuri rawa pikiran
Lembah-lembah kata

Seperti air
Mengalir
Tapi menguap
Melambung tinggi
Tanpa lupa para sepi

Hati!
Hati!
Gosong bakar api
Melambai benih panas
Disepuh arang
Menari tari erangan

Pergelah kau
Ke sumur awan
Timba air setetes saja
lumur cukup buang
Tinta sisa kau radang

Jangan jadi ikan
Meski mandi saban petang
Licin bukan kepalang

Jangan sampai pedang hati
Tusuk dedaun sahabat angin
Giring amarah dekati bibir

aH, aku ingin pergi
Membalut bercik darah
Menetes akan ku papah
Sebab hatiku kurang darah

Seperti cacing kedinginan
Di bawah hujan
Semakin dalam
Mengerut rusuk belakang
Leleh menyimpan benang
Rajut tangkai tangan
Agar melambai
Lambai langit

Ajaklah ia naik
Kuda ke padang gelisah
Ke jalan susah
Tanpa pelana
Biar terlunta
Mencari
Cari cara
Sudut lurus krama

03:39

 
template by bhumiasing.blogspot.com