Tuesday

Masih Sahabat?

Buat Syamsudin Tajinan


Langit memerah, angin menghembus aroma semi yang memudar. Sepi bagaikan kapas putih yang bertebaran disaat-saat pertama kita bertemu. Kapala kancilmu menawarkan harapan tinggi di usiaku yang dini. Didalam taman yang mungil kau sirami tandus tanah, tinggalkan jejak kaki yang selalu ku ingat, meski kau selalu sembunyi di balik bayang perempuan.
Terang pijarmu semakin besar, tapi aku tak mau menjual tubuhku kapadamu, aku tak mau berada diantara bayangmu yang berupaya menghimpit, bahkan melangkahi kepalaku. Tidak, tidak akan pernah aku biarkan kau berhutang semangkok darah kepadaku, karna ku tahu kau tidak akan sanggup membayarnya.
Saling himpit dan kejar diantara kata dan rumus, berlari di tepi jurang curam, pertaruhkan hidup dimata mata-mata pelajaran. lalu setelah semua usai kita tatap bebintang yang bertarung melawan matahari.
Kau bilang, kasihan bebintang kecil kewalahan tak kuat melawan, aku akan terbang membantunya.
Ku bilang, aku akan memerangi ketiganya, bebintang dan matahari akan kutaklukan, serta dirimu, camkan!
Pisau tajam diatas bangku panjang kutebaskan pada senyummu, ku cincang sampai jeroan dan kulotot hati, jantung, dan darah yang mengalir. Lalu dengan mataku yang tajam ku musnahkan matahari bebintang.
Sekarang, tlah aku persiapkan karangan bunga terindah, aku rancang sendiri bunga pilihan dari taman timur jalan...sahabat.
Cairo,8 April 2009.



 
template by bhumiasing.blogspot.com