Pada tiang engkau alunkan huruf-huruf pahala
merah muda, sewajah mudi tersinar tanda kuasa
sajak wilis, bersandar jarak diantara mata
Dara, perkutut dan gereja hinggap diatas
batu yang disusun ratusan tahun lalu
Adakah engkau juga percaya
Tuhan mengundang angin dan
mengulang pagi untuk kita
Kemarin, merah tua musnah melilit tubuhmu
Mengajak burung menari sunyi di jauh
Waktu bersandar begitu cepat
Andai lebih lama
Di bentuk yang sama aku tersadar
Akan ku pinang bintang sekedar mengirim salam untukmu
Warna yang tak pernah aku inginkan
Hari ini
Menghilang begitu ku selesai menulis sajak ini.
Mei 2010
Thursday
Sajak Wilis
Labels: poetry
Diambang pintu
Buat : Intan
Orang hebat meninggalkan hidup memabawa hakikat
Dan jemputan izrail ditatap tanpa harap
Segala bentuk surga yang terjanjikan tak pernah ingin ia dekap
Hangat pelukan dewi kecantikan melenyap diakhir hayat.
Kelam yang menangis di sore purba memasuki kuburan yang berbeda
Diantara celah gerimis yang mengundang air mata
Sayup sepeda renta melaju
Melarutkan senyawa berwarna biru
Segalanya terlantunkan untukmu
Seperti doa
Dipanjat setiap waktu.
Labels: poetry
Si buta menuntun si bermata
: Prof. Buta
Dibalik kacamata hitam itu tak ada cahaya yang menembus retina
dan kata-kata yang di ucapnya kini, hanya yang masuk dari telinga
namun langkahnya selalu berubah-ubah meski di jalan yang sama
dia berjalan, sejak kecil. Sejak lahir tidak pernah dilihatnya dunia
nyata. Yang dia tahu dunia ciptaan agung untuk Adam dan Hawa
dimana gunung di tancapkan dan bumi melesat cepat seperti panah.
Dengan lembut, dengan hati, dengan tanpa tahu jejak semua langkah
dia berakit menuju hulu dalam sampan yang bisu dan deras peluh
mencucur. Dia ingin, di hulu menyaksikan tarian Tuhan bersama-
sama pelangi. ya, pelangi yang dia pinta di pangkal hari saat ia
tuntun yang bermata sepertiku, sepertimu dan mereka.
2010
Labels: poetry
Pojok Nasib
Ini adalah sisa katakataku yang semalam
ku lempar ke tong sampah dari lantai tiga. lalu
berjalan sendiri di padang malam menuju jalanjalan ramai,
lantas menjelma pengemis trotoar didepan rumah sakit. Perlihatkan
luka-lukanya kepada Nasib. Kepada Harap. Kepada Langit. Dan pada hatiku.
15/06/10
Labels: poetry