Kotak di depan pintu kembali mengetuk setelah aku memberikan kunci tuk buka pintu sendiri, kotak itu menagis memanggil namaku, memanggil ibuku serta ayahku. Kotak warna putih yang telah seminggu bersimpuh kaki meski ibu tiap pagi menyapu ke selokan.
Airmatanya tlah mengepel setiap pojok lantai teras dan mengalirkannya ke belik. Mungkin juga bercampur air seninya meski anak-anak kecil berkata segar.
Pagi ini aku memandang matanya, mencorong merah. Mengganti air putih yang tak kunjung diteguknya.
Namun bapakku masih mengeras besi tak mau mengambilnya.
Jamaliyah, desember 08
Thursday
Kotak
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment