Friday

Kau di Air Subuh

Ketika embun mulai bercengkrama tentang wajahmu
yang gemercik di air subuh, udara menguning dan
membuat semua aliran tubuhku ranum. Subuh ini,
datang dengan hatihati memasuki kota baru setelah
kemarin debu dan pasir ditarikan angin dingin

Jari emas pohon kurma melambai rona wajahmu,
mereguk seluruh nisbi hatiku, menyelam dalam
ke aura langitmu. Debu-debu yang menari selama
dua hari seakan menanti tetes air dari dagumu menjelma
malaikat bertopeng kayu, malaikat yang mengiringi
kerlap langit merangkai hujan agar berjuntai
memeluk subuh yang kian rapuh.

Di subuh setelah aliran tubuh meranum. Aku
pergi ke pantai menjaring asinku. Pergi ke ladang
menanam takdirku, ke sungai memancing Tuhanku.
Sampai senja tiba, aku pulang untuk melihat dan
memastikan hatiku masih karam di lautan takdirmu.

14 Desember 2010
Bookmark and Share

0 comments:

 
template by bhumiasing.blogspot.com