dari biru mentari yang melangkah menyisir sepi
aku pernah dilahirkan
di perempatan malam butir darahku menciptaku
bagai serpihan kelopak mawar
kembali melilit tangkai
di ujung pagi kala mentari melahirkanku, lantas
melemparku ke semak perdu di hatimu
aku masih berbaju cahaya
yang kau tanggalkan
di tengah ruangan mata ikan
hari sabtu entah minggu
kau bawa ku naik semeru
lihat! Kita berada di dasar kematian
pada hari ku dilahirkan
bukan menanti madu mengumpul lebah
sebab gula arang cukup sudah
temani kopi suguhan lakimu
meski kau minta ambilkanku sesendok susu
enggan unjukkan pucuk payudaramu
malam ini kita bicara didalam aorta
bersama angin bilik bambu
sebuah rahasia agar Tuhan tak meraba
keringat sisa-sisa cumbu
besok pagi saat mentari berharap mimpi
aku tlah ada di dadamu
22 juni 2009